Bahan baku pembuatannya yang mengandung racun, misalnya perpaduan beberapa jenis logam tertentu dapat menghasilkan komposisi logam yang mengandung racun di tanah bugis sebuah senjata mengandung racun atau tidak biasanya dapat dilihat secara kasat mata seperti jenis ,malela, dan wellangpellang;
Proses pembuatannya dicampuri beberapa jenis racun,
Kemampuan supranatural seorang panre yang mampu memadukan unsur fisik dan metafisik..beberapa panre ditanah Bugis yang terkenal dengan kualitas senjatanya yang sangat berbisa seperti 'La Gecong' di Bone dengan badik buatannya yang dikenal dengan sebutan badik Gecong, Panre 'Baitullah' di Luwu, dan Panre 'Kanaa' di Soppeng
Pada saat merawat senjata, digunakan beberapa campuran bahan racun seperti arsenik sekaligus untuk membersihkan badik.
Antara racun pada senjata dan 'pamussa' dalam filosofi orang Bugis adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, ibaratnya bahannya (bessi) adalah hardware sedangkan 'pamussa, adalah sofwarenya, jangan heran kalau terkadang pada saat mencabut senjata bugis(Tappi/Badik) kadang ada perasaan lain bahkan biasa sampai merinding itulah pengaruh pamussa.
Sering kita mendengar ungkapan-ungkapan dari kolektor senjata mengenai senjata bugis 'bahwa senjata-senjata bugis keindahannya hanya bisa dirasakan dengan hati, karena ketika dipegang senjata bugis membawa aura tersendiri' semua itu disebabkan oleh 'pamussa'
Beberapa Contoh Senjata Bugis yang mengandung bisa/racun (Musso)
Malela Hitam paling beracun semua bagian senjata adalah racun biasanya hanya tergores saja orang hitungan menit sudah mati. Karena ini adalah racun mistik gaib maka tidak ada penawarnya. Dan inilah Musso paling tinggi dibandingkan dengan lainnya, jaman dulu hanya pasukan khusus dan raja saja yang boleh memakai jenis ini. Untuk peningalan jaman dulu harga sangat tinggi karena dipercaya jika sudah banyak korban maka membawa kekuatan untuk kekuasaan si pemiliknya.
Malela Putih untuk badik jenis ini adalah senjata rahasia para Raja dan pasukan khusus karena digunakan untuk membunuh tanpa ketahuan karena mempunyai daya gaib saat membawa tidak akan ketahuan biasa hanya cukup digores dan tidak sampai melihat matahari korban sudah mati. Jadi tidak ketahuan korban mati karena kenapa.
Wellangpellang artinya belang warna atas dan bawah bagian atas adalah racunnya bawah pamor
Salapu belang bagian atas dan pinggirnya kedua sisi samping adalah racunnya dan tenga pamor
Kisah Seorang Panre (Panre Baitullah)
Menelusuri jejak Panre Besi di Sulawesi Selatan khususnya di tanah Bone adalah gampang-gampang susah, selain Raja Bone ke 2 Laumasa Peta Panrebessi agak sukar mencari Panre yang "sekelas" dengan beliau. Gambaran sosok Panre Besi di Tanah Bugis tidaklah seheroik kisah panre besi atau empu di Tanah Jawa seperti Empu Gandring yang terkenal dengan kerisnya. Walaupun demikian di tanah Bone terdapat seorang panre yang namanya melegenda di kalangan pencinta senjata tradisional khususnya badik.
Menurut cerita yang beredar dikalangan masyarakat, ada seorang Panre yang bergelar Panre Baitullah (banyak yang bilang dia adalah campuran Jin) namun sebelumnya beliau menetap di Wilayah Ulaweng. Badik hasil buatan Panre Baitullah terkenal akan kesaktiannya sehingga sampai sekarang badik buatan beliau banyak diburu dan dianggap masterpice. Konon siapa saja yang memegang Badik buatan Panre Baitullah akan menjadi seorang yang disegani dan jarang mendapat lawan tanding. Keistimewaan badik buatan Panre Baitullah membuat gerah "penguasa" pada saat itu, karena setiap ada keributan pasti pembuat keributan itu memegang badik buatan Panre Baitullah. Badik buatan Panre Baitullah kebanyakan diambil dari badik dalam kuburan.
Bahkan beredar kepercayaan dimasyarakat pada saat itu hanya badik buatan Panre Baitullah lah yang bisa menandingi kesaktian badik "penguasa" pada saat itu. Keadaan ini membuat penguasa saat itu memutuskan Panre Baitullah diasingkan ke daerah Larompong di wilayah Luwu. di sanalah beliau menghembuskan nafas terakhir, namun demikian kemahiran membuat badik yang berkualitas diwariskan kepada anak cucunya sampai saat ini. Oleh karena itulah Badik Luwu dibilang badik tandingan namun jauh lebih hebat karena seimbang dengan harga yang dibayar sesuai kemampuan rakyat pada saat itu.
Madakapeng Tungke; konon badik ini dibuat ketika saat penyepuhan, maka disepuh di (maaf) kemaluan wanita, sehingga dipercaya bahwa tidak ada orang yang kebal ketika berhadapan dengan badik ini.
Madakapeng Tungke: salah satu hasil karya Panre Baitullah, konon badik ini pada saat penyepuhan di jepit (maaf) pada 'kemaluan' wanita, sehingga dipercaya tidak ada orang kebal ketika berhadapan dengan badik ini
Oleh karena itu Panre Baitullah dibilang panre aliran Kiri karena tidak sesuai dengan ajaran Islam, namun sesungguhnya itu hanyalah fitnah kalangan pemerintah saat itu karena tidak ingin ada rakyat menyaingi mereka.
Kilasan Badik Raja di Bone
Salah satu Badik Raja yang terkenal bernama Raja Tungke'na Bone peninggalan dimasa Raja Bone Lapatau Matana Tika
Badik/kawali, adalah senjata khas daerah bugis. Seperti layaknya daerah-daerah lain di Nusantara badik/kawali merupakan senjata tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai senjata tetapi juga sebagai simbol yang menunjukan pribadi pemegangnya maupun cita-cita dan harapan.
Pada masa terdahulu di Tana Bone, setiap anak terutama laki-laki dibekali dengan sepucuk badik, keingingan dan harapan orang tua terhadap sang anak biasanya dimanifestasikan melalui badik/kawali yang dipesan khusus kepada seorang Panre.
Seperti misalnya apabila orang tua mengharapkan si anak hidup sejahtera tanpa kekurangan, maka dia sang orang tua akan memesan badik yang berpamor Kurisi atau Madaung ase. Begitu pula apabila orang tua ingin anaknya menjadi pemimpin yang disegani, pemberani dan berkahrisma maka yang dipesan adalah pamor makkure'cillampa.
Di Tana Bone terdapat beberapa macam jenis badik/kawali yang terkenal seperti salapu' (sebagian orang menggolongkan sebagai keris/tappi’) gecong ,raja, to asi,dll. Pada tulisan ini akan dikupas sekilas mengenai badik Raja. Di Tana Bone badik Raja merupakan salah satu badik yang tinggi derajatnya dan paling dicari oleh para penggemar senjata tradisional.
Badik Raja berasal dari sebuah desa di Kecamatan Kajuara di wilayah Bone Selatan. Konon badik Raja tidak dibuat oleh manusia biasa, melainkan oleh mahluk gaib. Di masa lalu masyarakat dikampung Raja tidak pernah melihat Panre' yang membuat badik raja. Pada malam-malam tertentu masyarakat disekitar tempat pembuatan Badik Raja hanya mendengar suara palu beradu dengan besi tanpa penah melihat siapa pembuatnya. Saat pagi menjelang sebuah Badik Raja selesai dibuat. Sampai saat ini, dikampung Raja masih terdapat benda-benda yang oleh masyarakat sekitar dipercaya sebagai alat-alat pembuatan Badik Raja.
Ciri-ciri badik raja hampir mirip dengan badik lampobattang, bentuk bilahnya agak membungkuk, dari hulu agak kecil kemudian melebar kemudian meruncing. Pada umumnya mempunyai pamor timpalaja atau mallasoancale di dekat hulunya. Bahan besi dan bajanya berkualitas tinggi serta mengandung meteorit yang menonjol dipermukaan, kalau kecil disebut uleng-puleng kalau besar disebut batu-lappa dan kalau menyebar di seluruh permukaan seperti pasir disebut bunga pejje atau busa-uwae. Badik raja di masa lalu hanya digunakan oleh arung atau dikalangan bangsawan-bangsawan dikerajaan Bone.
Ciri khas badik Raja ini adalah tidak bisa dideteksi oleh alat pendeteksi logam dan saat ini hanya bisa didapatkan dari kuburan dengan cara menggali kuburan karena saat raja meninggal Badik tersebut ikut dikuburkan namun bukan di makam Raja karena badik tersebut membutuhkan Tumbal jika tidak dikuburkan maka sengaja dibunuhlah orang yang mempunyai ciri tertentu lalu dikuburkan bersama dengan badik tersebut. Saat ini sudah banyak muncul jenis badik ini karena sudah banyak yang berminat dengan jenis badik ini dengan petunjuk gaib atau petunjuk cerita dari orang terdahulu maka mereka menggali dikuburan tersebut.
Mistik sekitar Badik Bone
Salah satu Badik Bone yang dibuat dengan cara di pesse'/dipijat bukan di tempa ini sangat susah sekalipun ada harganya jaman dulu dihargai dengan menukar 3 kerbau atau sapi tentu saat ini sudah tidak adalagi yang bisa membuat. untuk mendapatkan bisa dengan cara mencari peninggalan atau mencari badik yang terkubur dengan cara menggali.
Badik/kawali bagi masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai kedudukan yang tinggi.
Badik/kawali bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Kebiasaan membawa Badik/kawali dikalangan masyarakat terutama suku bugis dan Makassar merupakan pemandangan yang lazim ditemui sampai saat ini terutama di tanah Bone.
Kebiasaan tersebut bukanlah mencerminkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan khususnya suku bugis dan makassar adalah masyarakat yang gemar berperang atau suka mencari keributan melainkan lebih menekankan pada makna simbolik yang terdapat pada Badik/kawali tersebut.
Pentingnya kedudukan Badik/kawali di kalangan masyarakat bugis dan makassar membuat masyarakat berusaha membuat/mendapatkan badik yang istimewa baik dari segi pembuatan, bahan baku, pamor maupun sisi’ (tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi siapa saja yang memiliki atau membawanya.
Badik/kawali yang bagus/istimewa dapat dilihat dari beberapa unsur, yakni:
a. Dari segi fisik Badik/kawali dapat dilihat:
Bahan bakunya terbuat dari besi dan baja pilihan biasanya mengandung meteorit dan ringan. Wilayah Sulawesi Selatan sejak zaman dahulu terkenal dengan besi luwu yang berkualitas tinggi.
Pamor;ragam pamor pada Badik/kawali lebih sederhana dari dari keris jawa biasanya terdiri dari jenis pamor kurrisi, lasoancale, parinring, bunga pejje, madaongase,kuribojo,tebajampu, timpalajja dan balopakki.
b. Segi sisi’(tuah)/mistik antara lain:
Uleng puleng dan battu lappa; sebenarnya merupakan kandungan meteorit. Bagi sebagian orang percaya Badik/kawali yang mempunyai ulengpuleng(kalau kecil)/battu lappa (kalau besar) akan membawa kebaikan pada pemiliknya baik berupa kemudakan rezki, karisma, maupun peningkatan karir. Posisi ulengpuleng/battulappa yang dicari adalah yang terletak dipunggung badik kira-kira berjarak 5 cm dari hulu/pangulu karena dipercaya akan memudahkan rezki dan karir. Badik/kawali yang memiliki ulengpuleng dan battulappa juga dipercaya dapat menghindari gangguan mahluk halus, sihir dan tolak bala.
Mabelesse ; adalah retakan diatan punggun Badik/kawali sehingga seakan-akan Badik/kawali tersebut akan terbelah dua. Badik seperti ini dipercaya akan memudahkan rezki bagi pemiliknya sehingga banyak dicari oleh yang berprofesi sebagai pedagang.
Sumpang buaja; sama seperti mabelesse Cuma retakannya pada bilah dekat ujung Badik/kawali. Tuahnya sama seperti mabelesse namun yang dicari yang letaknya pada bilah sebelah kanan dekat ujung Badik/kawali.
Ure tuwo; adalah garis yang muncul pada bilah Badik/kawali. Yang dicari adalah yang tidak terputus-putus, kalau letaknya dipunggung Badik/kawali dan tidak terputus dari hulu sampai ujung tuahnya membuat sang pemilik disegani dan dituruti semua perkataannya, kalau melingkar ke atas dari bilah ke bilah sebelahnya seperti badik luwu sambang maka tuahnya untuk melindungi pemiliknya dari malapetaka dan kalau turun ke baja maka untuk memudahkan rezki.
Tolongeng; adalah lubang pada punggung Badik/kawali yang tembus ke bawah terletak dekat hulu/pangulu sehingga kalau dilihat seakan seperti teropong. Pada zaman dahulu sebelum berangkat perang biasanya panglima perang meneropong pasukannya melalui Badik/kawali tolongeng.
Sippa’sikadong; adalah retakan pada tengah bilah Badik/kawali dari punggung Badik/kawali. Tuahnya adalah membuat pemiliknya disenangi oleh siapa saja yang melihatnya. Pada zaman dahulu apabila ada seseorang akan melamar gadis, maka utusan dari laki-laki akan membawa Badik/kawali sippa’sikadong yang bertujuan agar memudahkan lamarannya diterima pihak perempuan
Pamussa’; adalah upaya memperkuat daya magis Badik/kawali yang diletakan dalam hulu/pangulu Badik/kawali. Biasanya dengan menggunakan bahan-bahan tertentu tergantung akan digunakan untuk apa Badik/kawali yang akan di beri pamussa.
Pangulu; di kalangan masyarakat bugis Bone berkembang suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sebagian orang yang mampu membuat pihak lawan tidak mampu mencabut Badik/kawali ketika akan digunakan, ilmu ini dikenal dengan istilah pakuraga/pabinrung. Pangulu yang caredo (terbelah/atau memiliki mata) secara alami dipercaya mampu mengatasi orang yang memiliki ilmu tersebut.
Demikian sekilas mengenai mistik di sekitar badik, tulisan ini untuk mengenal kebudayaan masyarakat Bugis yang sudah cukup hilang karena kemunafikan agama.
0 komentar: