“Enda ku sentabi kel aku o nini beraspati taneh kenjulu kenjahe
sider bertengna,
cibal beloku,
belo cawir,
pinang cawir,
kapur meciho,
pinang meciho maka meciholah penuri - nurin Dibata si lakuidah.
Maka ula kari abat ula kari alih,
enda persentabinku, o nini beraspati
rumah ujung kayu bena kayu . . .”.
(“ Disini aku datang menghormat kepada Nenek Beraspati Taneh dari sekalian penjuru,ku aturkan sekapur sirih,pinang, kapur yang putih bersih dan terang atau
jelaslah keterangan dan petunjuk dari Dibata yang tidak terlihat.
Supaya tidak ada yang menghalangi upacara ini, permohonan ijin
dariku, kepada nenek beraspati rumah , baik yang ada di ujung kayu
ataupun di pangkal kayu . . .”).
Penghormatan orang karo terhadap dunia spiritual dapat kita lihat dalam perbedaan pemakaian kata, kita contohkan saja kata I jenda (disini) untuk alam manusia dan kata I jah (disana) untuk menunjukkan alam gaib. Dalam peristiwa pemanggilan roh-roh orang mati tersebut berasal dari negeri seberang, sedangkan alam biasa tempat kehidupan manusia disebut doni enda (dunia ini). Ini menunjukkan bahwa alam gaib itu berbeda jauh dengan alam tempat kehidupan manusia.
Minggu, 30 Agustus 2009
mantera untuk persentabin kepada beraspati taneh dan beraspati rumah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: